Lelaki Terindah

01.09.06


Ada apa dengan diriku? Rangkaian kata-kata dapat merobek selaput yang melindungi hatiku dan membuatnya hancur berlinangan air mata. Hanya dengan kata-kata. Belum mengalaminya. Seakan dapat kurasakan kepedihan yang dialami seisi dunia dalam satu momentum.

Baru beberapa menit yang lalu aku selesai membaca novel Andrei Aksana, Lelaki Terindah. Dengan kedua tokoh utama pria, kisah cinta terlarang itu menyentuh hatiku dan mempertanyakan keberadaanku. Mengapa menjadi galau hati ini, dan segenap rasa takut menyergap?

Teramat dalam rangkaian kalimat yang dirangkai indah namun kejam itu merasuk ke dalam pikiranku, membuat otakku bekerja dalam kepanikan. Entah mengapa hatiku merintih, kisah itu telah menggores sedikit sampul kotak kecil yang telah kubungkus rapi dan kusimpan jauh di ruang terdalam hatiku agar tak terusik.

Namun yang kubaca hari ini sungguh mengganggu benakku, seolah tiada lagi dunia yang berputar di luar sana. Yang terjadi hanyalah aku di dalam sepi ruangan berdinding 4 itu dan helaian-helaian kertas putih bertinta hitam yang membuatku betah berjam-jam menekuni baris demi baris, halaman demi halamannya.

Kotak kecil bersampul itu kini naik ke permukaan. Dan jutaan pertanyaan yang seharusnya disimpan itu mulai keluar dari penjaranya. Hatiku sakit. Menahannya dalam kegelapan saja sudah melukai jiwa ini. Mengapa pertanyaan-pertanyaan itu harus timbul sekarang? Di mana tak ada makhluk yang dapat menjawabnya, karena aku tak sanggup mempertanyakannya dengan suara?

Dan apa yang terjadi dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban? Mereka terkungkung namun ingin lepas. Tapi ada apa di luar jeruji sana? Kebebasan tidak selalu berarti kebahagiaan. Dan jawaban selalu ada di dalam diri, di dalam inti. Tanpa perlu pergi jauh untuk mencari.

Namun aku belum menemukan, walau sudah berulang kali memaksakan jawaban yang kukarang sendiri. Dapatkah kutemukan jawabannya suatu saat nanti? Ingin kutumpahkan segalanya di sini, agar kau memahamiku. Agar kau dapat meredakan kegelisahan ini, menghalau kegalauan ini, menyembuhkan luka ini. Namun aku tak bisa. Dan kini aku mengundang tanya yang lain. Yang seharusnya tak perlu dibahas agar tak perlu kujawab. Anggap saja ini hanya racauan sejenak akibat menelusuri kisah yang sangat menarik dan menggoda naluri seorang penulis.

Hati ini sakit dan terlukai. Antara keinginan dan kepatuhan. Antara realita, idealisme dan utopia. Antara hak dan kebutuhan. Hak untuk memilih. Kebutuhan untuk bebas. Dan takkan ada yang akan pernah mengerti, karena kita semua terlahir sendirian. Pada akhirnya nanti kita juga mati sendirian. Karena itulah manusia menyimpan bebannya sendirian. Pembagian tidak selalu berarti keringanan. Dan aku sedang belajar untuk menyendiri.


~as also posted in Victoria's Secrets

Popular posts from this blog

Borrow

Imbroglio

Jauh Melangkah